Ibarat seorang gadis, SMA Negeri 3 Salatiga terus mematut dan bersolek diri. Semuanya demi menuju predikat sekolah adiwiyata nasional. Dan syukur-syukur bisa melangkah lebih jauh lagi menjadi sekolah adiwiyata mandiri.
Namun seperti pepatah jawa, jer basuki mawa bea, bahwa untuk meraih semua itu butuh pengorbanan. Ya biaya, ya pikiran, ya tenaga, ya waktu. Semuanya.
Untunglah, di bawah pimpinan Kepala Sekolah Drs. Suyitno, M.Pd., SMA yang terletak di Jalan Kartini nomor 34 ini, pelan tapi pasti seluruh warga sekolah dengan bersuka hati, bersinergi mendukung upaya mewujudkan sekolah adiwiyata ini. Dari pimpinan sekolah, guru, karyawan, pekerja lepas (outsourching), maupun siswa terlibat dalam upaya tersebut.
Sinergi seperti inilah yang barangkali merupakan salah satu wujud branding sekolah yang baru saja diluncurkan, yakni “HEBAT BERSAMA”. Artinya, bahwa untuk meraih sebuah prestasi atau kehebatan itu dibutuhkan kerja sama berbagai pihak.
Baca juga : SMA Negeri 3 Salatiga Sekolah Adiwiyata
Gerakan-gerakan adiwiyata seperti kerja bakti, penanaman tanaman keras, toga, dan bebungaan dilakukan seluruh warga. Bahkan untuk penanaman bunga ini Kepala Sekolah tak segan turun tangan ikut membantu guru, karyawan, dan pekerja lepas meski tangannya bersimbah tanah.
Menjalin komunikasi dan kerja sama dengan instansi pemerintah, swasta dan lembaga lainnya ditempuh sehingga memudahkan sekolah dalam memeroleh dukungan, baik berupa material maupun keterampilan.
Bantuan material tidak hanya diperoleh dari lembaga atau instansi yang sudah mengadakan perjanjian kerja sama alias MoU, namun juga dari guru, karyawan, siswa, bahkan alumni. Banyak guru dan karyawan yang menyumbangkan bunga dan tanaman lainnya. Ada juga yang menyumbang pot.
Siswanya pun tak ketinggalan. Dengan berkelompok mereka menyumbangkan anggrek dan tanaman lainnya. Begitu juga dengan alumninya yang menggeluti usaha nursery. Tak segan-segan mereka mengirimkan langsung beberapa tanaman hiasnya.
Dalam hal keterampilan, SMA 3 mendapat berbagai pelatihan, baik pelatihan yang diberikan kepada team adiwiyata di bawah koordinator Dian Indrihartani, S.Sos., M.Pd. maupun kepada siswa kelas X dan XI.
Studi tiru atau studi banding ke sekolah-sekolah yang lebih dulu memeroleh predikat tersebut tidak hanya berhenti pada kunjungan atau berhenti pada wacana saja. Tapia da tindak lanjutnya, ada aksi nyata yang dilakukan. Ilmu yang didapat dari hasil studi banding itu benar-benar diterapkan. Tentu saja dengan tetap disuaikan dengan lingkungan dan kondisi SMA 3.
Progresnya pun mulai tampak. Taman-taman yang ada dibenahi dan dipercantik. Penempatan pot-pot bunga, baik pot yang diletakkan di bawah maupun pot gantung semakin menambah keasrian. Pembuatan tiga buah sumur resapan di samping Ruang Guru diharapkan dapat mengurangi debit air hujan yang selama ini dikeluhkan. Tanah galian dari sumur resapan digunakan untuk menanam toga, cabai dan ketela pohon.
Ruang-ruang yang tidak layak pun dibersihkan dan dibenahi. Bahkan sudah ada satu ruang kelas, yakni X MIPA 4, yang menjadi pilot project atau kelas percontohan sebagai kelas dengan nuansa adiwiyata. Kelas itu seluruh dindingnya dilukis dengan lukisan pemandangan alam. Dengan dilukisnya ruangan kelas bernuansa adiwiyata ini diharapkan siswa akan menjadi lebih nyaman belajar di SMA 3. Selain itu juga dapat menghilangkan kebiasaan buruk siswa yang dapat mengganggu keindahan sekolah.
Namun, semua upaya itu sebenarnya tidak semata-mata demi menjadikan SMA 3 menyandang berbagai predikat sekolah. Lebih dari itu, SMA 3 Salatiga benar-benar dapat menjadi rumah kedua bagi guru, karyawan, dan siswa.
0 Komentar