Pendahuluan
Pembelajaran menulis geguritan di sekolah bertujuan untuk mengembangkan dan menumbuhkan kecintaan dan minat terhadap karya sastra Jawa. Namun, pada kenyataannya banyak peserta didik yang sering menghindar dari pembelajaran menulis geguritan. Beberapa faktor menjadi penghambat peserta didik di dalam menulis geguritan. Faktor tersebut antara lain kurangnya minat dan motivasi siswa dalam menulis geguritan. Selain itu, peserta didik menganggap bahwa menulis geguritan itu adalah kegiatan yang sulit. Hal ini karena dalam menulis geguritan peserta didik harus menguasai kosa kata, berimajinasi dan berpikir kreatif.
Faktor guru dalam menyampaikan materi materi juga menjadi penghambat peserta didik dalam menulis geguritan. Guru harus bisa menyampaikan materi dengan menarik dan kreatif agar mudah dipahami oleh peserta didik. Keterbatasan dan kurangnya kreativitas guru dalam membuat media, model, serta metode pembelajaran yang variatif menjadi salah satu penyebab kurangnya motivasi dan keaktifan peserta didik dalam pembelajaran di kelas.
Mudah Menulis Geguritan dengan Metode Nyegur Kolah oleh Anton Novi Widayanto |
Baca juga : Pilih Cenil, Geplak atau Yangko
- Peserta didik bersama Guru memulai pembelajaran dengan salam, berdoa, mengecek kehadiran peserta didik, memberikan motivasi, ice breaking, menyampaikan tujuan pembelajan, dan memberikan pertanyaan pemantik.
- Peserta didik menyimak dan mengamati materi tentang cara menulis geguritan berupa tayangan powerpoint. Guru memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk bertanya mengenai materi cara menulis geguritan
- Guru membantu membuatkan kelompok, setiap kelompok beranggotakan 4-5 peserta didik
- Guru memberikan tema lingkungan sekolah kepada peserta didik untuk menulis geguritan.
- Peserta didik berdiskusi menentukan objek yang akan diangkat untuk dijadikan dasar dalam menciptakan geguritan. Pada tahap ini merupakan “Nyegur Kolah”, peserta didik diminta mengamati keadaan lingkungan sekolah. Setelah peserta didik menentukan objek yang akan diamati, peserta didik mulai mendiskripsikan objek tersebut menjadi sebuah cerita berbentuk paragraf. Pada tahap ini peserta didik mencari informasi pemilihan diksi dengan membuka kamus jawa online https://www.sastra.org/leksikon.
Gambar 1 : Diskusi Kelompok |
- Tahap selanjutnya, peserta didik merubah cerita tersebut ke dalam format geguritan yaitu berbentuk bait. Untuk menambah keindahan bahasa, peserta didik bisa menggunakan lelewaning basa, purwakanthi, atau dasanama. Tahap terakhir peserta didik memberikan judul geguritan. Pemberian judul juga bisa dilakukan setelah peserta didik menentukan objek yang akan diamati.
Gambar 2: LKPD 1 |
Gambar 3 : LKPD 2 |
- Guru membimbing, memantau proses diskusi serta berperan memberikan bantuan berkaitan dengan kesulitan pembelajaran peserta didik secara individu maupan kelompok.
- Guru memberikan kesempatan kepada setiap kelompok mempresentasikan diskusi mencipta geguritan. Setiap kelompok mempresentasikan hasil karya dengan cara ditampilkan lewat tayangan proyektor LCD.
- Guru bersama peserta didik menyimpulkan hasil dari diskusi yang ditampilkan oleh kelompok lain, berupa tayangan mengenai hasil menulis geguritan yang bertemakan keadaan sekolah.
- Guru memberikan penghargaan (reward) kepada kelompok yang aktif.
- Guru melakukan refleksi pembelajaran dan menutup pembelajaran dengan doa serta mengucap salam.
- Pembelajaran sudah tidak teacher center, melainkan lebih cenderung student center.
- Peserta didik menjadi lebih antusias mengikuti pembelajaran karena adanya reward dari guru.
- Motivasi dan keaktifan belajar peserta didik meningkat.
- Peserta didik dapat menciptakan sebuah geguritan secara kreatif mengunakan metode Nyegur Kolah.
0 Komentar