Salatiga, 16 Maret 2025 – Dalam rangka memperingati bulan suci Ramadan, Cilviana Puji Septiarini, S.Pd.I., memberikan kajian inspiratif bertema “Bijak Berbicara” di Masjid SMA Negeri 3 Salatiga pada Minggu, 16 Maret 2025. Kajian ini bertujuan untuk mengajak siswa memahami pentingnya menjaga lisan dalam kehidupan sehari-hari, khususnya di era digital.
Dalam pemaparannya, Cilviana menekankan bahwa berbicara bukan sekadar alat komunikasi, tetapi juga merupakan cerminan diri, hati, dan jiwa seseorang. Ia mengutip firman Allah dalam QS. Al-Ahzab ayat 70, yang berbunyi:
"Wahai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan ucapkanlah perkataan yang benar."
Selain itu, ia juga mengingatkan hadits Rasulullah SAW yang menyatakan, “Barang siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, maka berkatalah yang baik atau lebih baik diam.”
Cilviana mengajak para siswa untuk lebih berhati-hati dalam berbicara, termasuk dalam dunia digital. Ia menyoroti fenomena penggunaan media sosial yang sering kali diwarnai ujaran kebencian, hoaks, dan komentar negatif. Menurutnya, berbicara tidak hanya sebatas lisan, tetapi juga mencakup cara kita menulis komentar, mengunggah status, serta membagikan informasi di media sosial.
"Berbicara adalah anugerah dari Allah. Namun, jika tidak dilakukan dengan bijak, hal itu bisa membawa dampak buruk bagi diri sendiri dan orang lain. Jangan sampai apa yang kita ucapkan atau tulis malah mengguncang iman seseorang atau menyakiti hati orang lain," ujar Cilviana.
Ia juga mengutip pendapat Imam Al-Ghazali dalam kitab Ihya Ulumuddin, yang menjelaskan bahwa banyaknya konflik di dunia ini terjadi karena orang-orang yang tidak memahami suatu perkara tetap ikut berpendapat dan berbicara tanpa ilmu.
Sebagai refleksi Ramadan, Cilviana mengajak para siswa untuk menjadikan bulan suci ini sebagai momentum memperbaiki diri, termasuk dalam menjaga lisan. Ia menegaskan bahwa ketika seseorang tidak memiliki ilmu dalam suatu bidang, lebih baik memilih untuk diam daripada berkomentar tanpa dasar.
"Jika kita bukan dokter, kita tidak perlu menganalisis penyakit orang lain. Jika kita bukan ekonom, kita tidak perlu mengomentari pertumbuhan ekonomi suatu negara. Diam adalah pilihan bijak ketika kita tidak memahami suatu hal," tuturnya.
Kajian ini mendapat respons positif dari para siswa. Banyak di antara mereka yang mengaku mendapatkan wawasan baru tentang pentingnya etika berbicara, baik secara langsung maupun di dunia maya.
Dengan adanya kajian ini, diharapkan siswa SMA Negeri 3 Salatiga semakin menyadari pentingnya menjaga lisan dan bersikap bijak dalam berkomunikasi, baik dalam interaksi sehari-hari maupun di dunia digital.
0 Komentar