Literasi Digital dan Mobilitas Cerdas Generasi Z

Literasi Digital dalam Konteks Kota Cerdas

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk mengukur tingkat literasi digital siswa dalam menghadapi tantangan kota cerdas dan mobilitas modern. Dengan menggunakan metode survei deskriptif kuantitatif terhadap 365 siswa SMA, diperoleh hasil bahwa mayoritas siswa berada pada kategori literasi tinggi (skor 81–100). Hasil ini menunjukkan urgensi penguatan literasi digital melalui Gerakan Literasi Sekolah (GLS) yang kontekstual dan adaptif terhadap perkembangan teknologi urban.

Pendahuluan

Pergeseran menuju kota cerdas (smart city) dan mobilitas cerdas (smart mobility) membutuhkan sumber daya manusia yang literat secara digital. Literasi digital tidak hanya soal keterampilan menggunakan teknologi, tetapi juga mencakup kemampuan kritis, etis, dan kolaboratif dalam ruang digital. Sekolah menjadi agen penting dalam menanamkan kesadaran ini sejak dini.

Metodologi

Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif deskriptif melalui survei online yang disebarkan kepada 365 siswa kelas X hingga XII. Kuesioner disusun berdasarkan indikator literasi digital dan dianalisis dengan kategorisasi skor untuk memetakan tingkat literasi siswa.

Hasil

Dari 365 responden, sebanyak 219 siswa (60%) berada pada kategori literasi digital sangat tinggi (skor 81–100), disusul 114 siswa (31%) pada kategori tinggi (61–80). Sisanya tersebar dalam kategori sedang ke bawah.

Visualisasi Data

2025-11-11T21:47:45.671158 image/svg+xml Matplotlib v3.6.3, https://matplotlib.org/

Pembahasan

Temuan ini sejalan dengan penelitian Ng (2012) yang menekankan pentingnya integrasi literasi digital dalam kurikulum sekolah. Siddiq & Scherer (2019) juga mengungkap bahwa dimensi kolaboratif dan evaluatif dalam literasi digital menjadi kunci dalam mendukung partisipasi aktif warga dalam ekosistem kota cerdas. Di tingkat implementasi, strategi GLS berbasis konteks lokal terbukti menjadi pendekatan praktis dalam meningkatkan literasi.

Kesimpulan dan Rekomendasi

Mayoritas siswa menunjukkan literasi digital yang tinggi. Namun, perlu intervensi pada kelompok dengan literasi rendah melalui pendekatan GLS berbasis proyek dan kolaborasi digital. Rekomendasi utama adalah memperkuat peran guru sebagai fasilitator literasi digital melalui pelatihan berkelanjutan dan integrasi tema smart city dalam pembelajaran lintas mata pelajaran.

Daftar Pustaka

  1. Ng, W. (2012). Can we teach digital natives digital literacy? Computers & Education, 59(3), 1065–1078. https://doi.org/10.1016/j.compedu.2012.04.016
  2. Siddiq, F., & Scherer, R. (2019). Is there a gender gap? A meta-analysis of the gender differences in students’ ICT literacy. Educational Research Review, 27, 205–217. https://doi.org/10.1016/j.edurev.2019.03.007
  3. Carretero, S., Vuorikari, R., & Punie, Y. (2017). DigComp 2.1: The Digital Competence Framework for Citizens with eight proficiency levels and examples of use. Luxembourg: Publications Office of the European Union.
Baca Juga

Posting Komentar

0 Komentar